MENILIK KESEDERHANAAN
DAN KEDERMAWANAN KIAI MUZAKKI
Kiai Muzakki, begitulah orang-orang pada umumnya mengenal beliau. Salah seorang sosok yang menjadi tokoh ulama yang disegani oleh tidak hanya orang-orang pedesaan, namun lebih dari itu, Kiai Muzakki adalah tokoh yang ditokohkan oleh banyak oleh banyak orang dari berbagai daerah. Bahkan petinggi Negara Tetanggapun (Malaysia) tunduk pada beliau. Namun Kiai yang mempunyai nama lengkap Kh. Ach. Muzakki Syah itu tidak terlalu terpesona dengan apa yang beliau sandang. Beliau tetap istiqomah menjalani setiap langkah pada hari-harinya sebagai orang biasa dengan penuh kedemawanan. Beliau juga mencintai setiap orang yang mencintainya, bahkan orang yang pernah mencelanya pun tidak beliau apa-apakan, hanya mendoakan semoga sadar dan cepat kembali kepada jalan yang lurus.
Sebagai Ulama yang penuh dengan kesederhanaan, setiap gemilap harta yang Kiai Muzakki miliki tidaklah membuat beliau jumawa, semua itu dianggap hanya sebagai wasilah perantara untuk memenuhi undangan umat yang membutuhkan beliau untuk sekedar mendoakannya. penampilan yang selalu memakai jubah serba putih polos pun menambah kesederhanaan beliau dimata masyarakat dan juga jamaahnya.
Anggapan bahwa beliau adalah tokoh ulama yang dermawan tidaklah salah, terbukti ketika beliau melakukan aksi bagi-bagi uang kepada para jamaah solat jumat disaat turun dari masjid. Disana telah berjejer para jamaah jumatan ada juga sebagian santri yang rela menunggu giliran hanya untuk dapat mengenggam dan mencium tangan sang Kiai dengan niatan akan mendapatkan barokahnya. Sungguh mereka tidaklah mengharapkan secarik uang kertas sejumlah lima ribu rupiah itu, melainkah mereka hanya ingin menyentuh tangan manisnya dengan tujuan tabarrukan.
Tidak hanya itu, kedermawanan beliau sangatlah tinggi, hampi semua orang tidak bisa menirukannya. Saya sebagai penulis bersaksi bahwa suatu tempo saya hendak sowan (nyabis, Madura) untuk pamit pulang, di saat yang sama ada sejumlah ibu-ibu yang sowan juga kepada beliau dan tentunya mengeluhkan beberapa hal mengani masalah keluarganya. Setelah didoakan oleh Kiai, ibu-ibu itu sowan meraih tangan sang Kiai untuk pamit pulang. Seperti lumrahnya jika seorang bertamu kepada kiai, pasti akan memberikan uang cabisen sebagai tanda terimakasih dan juga sebagai tabarrukan. Namun pada saat itu terjadi pemandangan yang berbeda disaat aku sekilah melihatnya, seakan terbalik, pada saat itu kiai malah membagi-bagikan uang kepada ibu-ibu tadi sejumlah masing-masing dua puluh ribu ripiaan. Sungguh tingkat kederamawanan yang tinggi.
Tidak berhenti disitu, sang kiai yang terkenal sebagai tokoh sederhana dan dermawan, beliau tampakkan disaat menghadiri sebuah undangan pengajian kepada salah seorang jamaahnya. Disaat itu, beliau tidak disuguhi hidangan yang semestinya ala kiai-kiai pada umunya, bahkan tuan rumahnya tidak meng-amlopi kiai selaku penceramah. Tapi beliau tidak merasa kecewa atas kejadian itu, walaupun salah satu hadamnya mencari tuan rumahnya yang sempat menghilang. Selang beberapa hari kiai bercertia kejadian itu dan mengatakan bahwa, jika jamaah cinta kepada kiai, maka kiai akan lebih cinta kepada jamaah. Jadi jika ingin mengundang kiai dan tidak punya biaya, tak perlu khawatir, karena kiai akan menyumbang kalau hanya sekedar sebagai hidangan. Karena, beliau menambahkan. "Manaqib ini punya saya, jadi saya tidak akan membuat repot yang mengundang saya untuk manaqiban. selagi kalian cinta maka saya akan cinta". tegasnya kepada para jamaah.
Syamsuri Al-Santri Al-Qodiri
Tidak ada komentar:
Posting Komentar